ARTIKEL

Standard Post with Image

PENYAKIT ALZHEIMER : PENELITIAN TERKINI TENTANG PENYEBAB, RISIKO, DAN PENCEGAHAN MELALUI GAYA HIDUP SEHAT

Penyakit Alzheimer, yang merupakan bentuk demensia paling umum, mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia dengan gejala yang mencakup penurunan kemampuan kognitif, memori, dan fungsi sehari-hari. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai penyebab dan faktor risiko Alzheimer telah mengalami kemajuan signifikan. Selain itu, ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa gaya hidup sehat dapat memainkan peran penting dalam mencegah atau menunda onset penyakit ini. Artikel ini akan membahas penelitian terbaru mengenai penyebab Alzheimer, faktor risiko, dan cara pencegahan melalui gaya hidup sehat. Penyebab Penyakit Alzheimer: Penelitian Terkini Penyebab pasti penyakit Alzheimer masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa penelitian terbaru memberikan wawasan baru tentang mekanisme di balik penyakit ini: Akumulasi Protein Berbahaya Penyakit Alzheimer ditandai dengan akumulasi dua protein abnormal di otak: beta-amiloid dan tau. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa: Beta-amiloid membentuk plak yang mengganggu komunikasi antar sel saraf. Terbaru, peneliti telah mengidentifikasi bahwa pembentukan plak ini mungkin dipicu oleh gangguan dalam sistem pembersihan sel otak yang disebut sistem glikosfer. Protein tau membentuk kusut neurofibrilar yang merusak struktur sel saraf. Penelitian juga menunjukkan bahwa penyebaran kusut tau melalui otak mengikuti pola tertentu yang mungkin menjelaskan progresivitas penyakit. Peradangan Saraf (Neuroinflamasi) Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa peradangan saraf berperan penting dalam perkembangan Alzheimer. Ada bukti yang menunjukkan bahwa reaksi peradangan yang berlebihan, yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang hiperaktif, dapat mempercepat kerusakan sel saraf dan memperburuk gejala. Genetik dan Epigenetik Faktor genetik memainkan peran besar dalam risiko Alzheimer. Gen APOE4 adalah salah satu faktor risiko genetik yang telah diidentifikasi, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa faktor epigenetik (perubahan dalam ekspresi gen yang tidak melibatkan perubahan DNA itu sendiri) juga dapat memengaruhi risiko penyakit. Penelitian ini menyoroti bagaimana pola hidup dan lingkungan dapat mempengaruhi gen terkait Alzheimer. Mikrobiota Usus Ada penelitian yang menunjukkan hubungan antara kesehatan mikrobiota usus dan risiko Alzheimer. Gangguan pada mikrobiota usus dapat memengaruhi peradangan sistemik dan kesehatan otak, berpotensi meningkatkan risiko perkembangan Alzheimer. Faktor Risiko Penyakit Alzheimer Berbagai faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan Alzheimer, beberapa di antaranya meliputi: Usia dan Genetik Usia adalah faktor risiko utama, dengan risiko meningkat seiring bertambahnya usia. Genetik juga berperan, terutama varian gen APOE4 yang dapat meningkatkan risiko penyakit secara signifikan. Kesehatan Kardiovaskular Faktor-faktor seperti hipertensi, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi telah dikaitkan dengan risiko Alzheimer. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kesehatan kardiovaskular yang buruk dapat merusak pembuluh darah di otak, mempengaruhi fungsi kognitif. Kesehatan Mental dan Psikososial Depresi dan stres kronis dapat mempengaruhi risiko Alzheimer. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami depresi berat mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan Alzheimer di kemudian hari. Gaya Hidup dan Lingkungan Paparan terhadap polusi udara dan faktor lingkungan lainnya juga dapat berkontribusi pada risiko Alzheimer, meskipun hubungan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Penyakit Alzheimer Gaya hidup sehat dapat memainkan peran penting dalam mencegah atau menunda onset penyakit Alzheimer. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa: Diet Sehat Diet Mediterania, yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan, dan lemak sehat seperti minyak zaitun, telah terbukti dapat mengurangi risiko Alzheimer. Makanan yang tinggi antioksidan dan asam lemak omega-3 juga dikaitkan dengan perlindungan otak. Aktivitas Fisik Olahraga teratur, seperti berjalan, berenang, atau aktivitas aerobik lainnya, dapat meningkatkan kesehatan otak dan mengurangi risiko Alzheimer. Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan sirkulasi darah ke otak dan mengurangi peradangan. Stimulasi Kognitif Kegiatan yang menstimulasi otak, seperti membaca, teka-teki, dan pembelajaran sepanjang hayat, dapat membantu menjaga fungsi kognitif dan mengurangi risiko demensia. Penelitian menunjukkan bahwa stimulasi mental yang konsisten dapat memperlambat penurunan kognitif. Kesehatan Sosial dan Emosional Menjaga hubungan sosial yang aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas dapat mendukung kesehatan otak. Interaksi sosial yang positif telah dikaitkan dengan penurunan risiko Alzheimer dan peningkatan kesejahteraan mental. Tidur yang Cukup Kualitas tidur yang baik sangat penting untuk kesehatan otak. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa gangguan tidur, seperti sleep apnea, dapat meningkatkan risiko Alzheimer. Tidur yang cukup dan berkualitas dapat membantu dalam proses pembersihan protein berbahaya dari otak. Kesimpulan Penelitian terkini mengenai penyakit Alzheimer telah memberikan wawasan baru tentang penyebab, faktor risiko, dan pencegahannya. Meskipun belum ada solusi yang pasti untuk menyembuhkan Alzheimer, memahami penyebab dan faktor risiko dapat membantu dalam pengembangan terapi yang lebih baik. Sementara itu, gaya hidup sehat, termasuk diet yang baik, aktivitas fisik, stimulasi mental, dan kesehatan sosial, merupakan langkah penting untuk mencegah atau menunda onset penyakit Alzheimer. Upaya pencegahan yang konsisten dan pendekatan berbasis penelitian akan menjadi kunci dalam memerangi penyakit ini di masa depan.   Perlu pengobatan Alzheimer’s Disease dan Demesia? Segera hubungi 0822-5885-8870 bagian pendaftaran RS Advent Bandung Dr. Paulus Anam Ong, dr. Sp.S(K) (Praktek hari senin-jumat*) *Hubungi kami lebih lanjut untuk konfirmasi jam praktek

Standard Post with Image

TUBERKULOSIS PADA ANAK DI INDONESIA : DATA TERKINI DAN PENDEKATAN KESEHATAN

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang masih signifikan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. TB pada anak-anak sering kali terlupakan, padahal mereka adalah kelompok yang sangat rentan terhadap penyakit ini. Artikel ini akan membahas data terkini mengenai tuberkulosis pada anak di Indonesia, serta pendekatan kesehatan yang perlu diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Data Terkini mengenai Tuberkulosis pada Anak di Indonesia Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan World Health Organization (WHO) pada tahun 2023, angka kejadian TB pada anak di Indonesia menunjukkan beberapa kekhawatiran. Data terbaru menunjukkan: Prevalensi: Di Indonesia, diperkirakan ada lebih dari 20.000 kasus TB pada anak setiap tahun. Ini mencakup anak-anak di bawah usia 15 tahun, dengan sebagian besar kasus terjadi pada anak usia 5-14 tahun. Tingkat Kematian: TB pada anak memiliki tingkat kematian yang signifikan jika tidak diobati dengan tepat. Menurut laporan WHO, tingkat kematian anak akibat TB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan standar global. Tingkat Deteksi: Deteksi dini TB pada anak seringkali terhambat oleh gejala yang tidak spesifik dan kesulitan dalam pemeriksaan. Banyak kasus TB anak tidak terdiagnosis hingga penyakitnya sudah cukup parah. Resistensi Obat: Meskipun tidak seumum pada orang dewasa, kasus TB multi-obat-resistan (MDR-TB) juga terjadi pada anak-anak. Penanganan TB pada anak yang resisten terhadap obat menjadi tantangan tersendiri. Penyebab dan Faktor Risiko Beberapa faktor risiko utama TB pada anak meliputi: Paparan pada Orang Dewasa dengan TB Aktif: Anak-anak yang tinggal dengan orang dewasa yang menderita TB aktif memiliki risiko yang lebih tinggi. Kondisi Imunologis: Anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti mereka yang terinfeksi HIV, lebih rentan terhadap TB. Kondisi Sosial-Ekonomi: Kemiskinan dan kondisi sanitasi yang buruk berkontribusi terhadap penyebaran TB. Anak-anak yang tinggal di lingkungan padat dan kurang bersih lebih berisiko. Pendekatan Kesehatan dan Strategi Penanggulangan Deteksi dan Diagnostik Dini: Penting untuk meningkatkan kesadaran akan gejala TB pada anak dan memperbaiki sistem deteksi dini. Pemeriksaan rutin dan tes tuberkulin (PPD) pada anak-anak dengan risiko tinggi perlu dilakukan. Vaksinasi: Program vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) masih menjadi salah satu upaya pencegahan utama terhadap TB pada anak. Vaksin ini dapat mengurangi risiko TB berat dan komplikasi pada anak-anak. Pengobatan yang Tepat: Pengobatan TB pada anak harus dilakukan dengan regime obat yang sesuai dan di bawah pengawasan ketat untuk mencegah resistensi obat. Pengobatan harus dilakukan sesuai dengan pedoman nasional dan internasional. Peningkatan Pendidikan dan Kesadaran: Edukasi kepada orang tua dan masyarakat mengenai gejala TB, pentingnya diagnosis dini, dan kepatuhan terhadap pengobatan adalah kunci dalam pengendalian TB pada anak. Peningkatan Infrastruktur Kesehatan: Memperbaiki fasilitas kesehatan dan memastikan akses yang memadai untuk diagnosis dan pengobatan TB sangat penting. Ini termasuk pelatihan tenaga medis dalam deteksi dan manajemen TB pada anak. Kesimpulan Tuberkulosis pada anak adalah masalah kesehatan yang serius di Indonesia dan memerlukan perhatian khusus. Dengan adanya data terkini, kita harus memperkuat upaya deteksi dini, meningkatkan pendidikan masyarakat, dan memastikan akses yang tepat untuk diagnosis dan pengobatan. Kerjasama antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat sangat penting untuk mengatasi tantangan ini dan mengurangi dampak TB pada anak di Indonesia.   Butuh pengobatan Tuberkulosis (TB) pada anak? Segera hubungi 0822-5885-8870 bagian pendaftaran RS Advent Bandung   Dokter Anak RS Advent Bandung dr. Yeliana Kartawinata, Sp.A dr. Triasta, Sp.A dr. Doortje Emma Anna Kaligis, Sp.A DR. Anggraini Alam, dr. Sp. A (K) Prof. DR.. Kusnandi Rusmil, dr.,Sp.A(K),MM DR. Harry Raspati Achmad, dr. Sp. A (K).,MKes dr. Yasmar Alfa,Sp. A (K)

Standard Post with Image

Uroginekologi: Pengertian, Bidang, dan Perkembangannya

Pengertian Uroginekologi Uroginekologi adalah cabang spesialisasi dalam kedokteran yang menggabungkan aspek urologi dan ginekologi untuk menangani gangguan pada sistem saluran kemih dan organ panggul wanita. Bidang ini fokus pada diagnosis dan pengobatan masalah seperti inkontinensia urin, prolaps organ panggul, dan gangguan disfungsi dasar panggul lainnya yang sering kali berdampak signifikan pada kualitas hidup pasien. Bidang dan Kondisi yang Ditangani 1. Inkontinensia Urin Inkontinensia urin adalah kondisi di mana terjadi kehilangan kontrol terhadap kandung kemih, yang menyebabkan keluarnya urin secara tidak sengaja. Kondisi ini dapat terjadi akibat melemahnya otot-otot dasar panggul, kerusakan saraf, atau efek samping dari operasi tertentu. 2. Prolaps Organ Panggul Prolaps organ panggul terjadi ketika otot dan jaringan penyangga di panggul melemah, menyebabkan organ-organ seperti kandung kemih, rahim, atau rektum turun dari posisi normalnya dan menonjol ke dalam vagina. Gejala prolaps organ panggul bisa berupa sensasi berat atau tekanan di area panggul, kesulitan buang air kecil, dan ketidaknyamanan saat berhubungan seksual. 3. Gangguan Disfungsi Dasar Panggul Gangguan ini mencakup berbagai kondisi yang mempengaruhi fungsi normal dari dasar panggul, termasuk nyeri panggul kronis, gangguan buang air besar, dan disfungsi seksual. Penanganan gangguan ini sering kali membutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan terapi fisik, pengobatan, dan kadang-kadang operasi. Metode Diagnostik Dalam uroginekologi, beberapa metode diagnostik yang umum digunakan antara lain: Urodinamik: Tes ini mengukur tekanan dan volume kandung kemih untuk menilai fungsi kandung kemih dan uretra. Cystoscopy: Prosedur ini menggunakan kamera kecil untuk memeriksa bagian dalam kandung kemih dan uretra. Ultrasonografi Panggul: Digunakan untuk memvisualisasikan struktur anatomi dasar panggul dan mendeteksi kelainan. Perkembangan Terbaru Perkembangan teknologi dan penelitian dalam bidang uroginekologi terus meningkatkan kemampuan diagnosis dan pengobatan. Beberapa inovasi terkini meliputi: Implantasi Mesh Vaginal: Penggunaan mesh sintetis untuk memperbaiki prolaps organ panggul dan inkontinensia urin. Namun, prosedur ini juga memiliki risiko komplikasi yang sedang dievaluasi lebih lanjut. Laser Terapi Vagina: Digunakan untuk meremajakan jaringan vagina dan mengurangi gejala atrophy vaginal serta inkontinensia urin ringan. Rehabilitasi Dasar Panggul: Terapi fisik yang melibatkan latihan otot dasar panggul untuk menguatkan otot-otot yang lemah dan memperbaiki fungsi panggul. Masih ada pertanyaan lebih lanjut mengenai Uroginekologi? Segera hubungi 0822-5885-8870 bagian pendaftaran RS Advent Bandung Subspesialis Uroginekologi Rekonstruksi Dr. Benny Hasan Purwara, dr., Sp.OG(K) (Senin-Kamis 10:00-11:00) Referensi Bump, R.C., Mattiasson, A., Bo, K., Brubaker, L.P., DeLancey, J.O.L., Klarskov, P., Shull, B.L., & Smith, A.R. (1996). The standardization of terminology of female pelvic organ prolapse and pelvic floor dysfunction. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 175(1), 10-17. Dumoulin, C., Cacciari, L.P., Hay-Smith, E.J. (2018). Pelvic floor muscle training versus no treatment, or inactive control treatments, for urinary incontinence in women. Cochrane Database of Systematic Reviews, 2018(10). Jelovsek, J.E., Maher, C., & Barber, M.D. (2007). Pelvic organ prolapse. The Lancet, 369(9566), 1027-1038. Nager, C.W., Brubaker, L., Litman, H.J., Zyczynski, H.M., Varner, R.E., Sirls, L.T., Norton, P.A., Gormley, E.A., Rickey, L.M., Huang, A.J., Moalli, P., & Richter, H.E. (2014). A randomized trial of urodynamic testing before stress-incontinence surgery. New England Journal of Medicine, 366(21), 1987-1997. Weber, A.M., Abrams, P., Brubaker, L., Cundiff, G., Davis, G., Dmochowski, R., Fischer, J., Hull, T., Karram, M., Nager, C., & Nygaard, I. (2001). The standardization of terminology for researchers in female pelvic floor disorders. International Urogynecology Journal and Pelvic Floor Dysfunction, 12(3), 178-186.

Standard Post with Image

Pneumonia pada Anak: Panduan Praktis untuk Pencegahan dan Penanganan

Pneumonia pada anak merupakan salah satu penyebab utama kematian anak di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Namun, sebagian besar kasus pneumonia pada anak dapat dicegah dengan langkah-langkah sederhana dalam menjaga kebersihan lingkungan dan memberikan penanganan yang tepat saat gejala muncul. Mari kita bahas  tentang penyebab, pencegahan dan penanganan pneumonia pada anak. Penyebab Pneumonia pada Anak Pneumonia pada anak dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk: Bakteri: Bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah penyebab utama pneumonia pada anak-anak. Selain itu, bakteri lain seperti Haemophilus influenzae dan Mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan infeksi. Virus: Virus yang paling umum menyebabkan pneumonia pada anak adalah virus respiratori, seperti virus influenza (flu), virus respiratori sinisial (RSV), dan adenovirus. Jamur: Meskipun jarang terjadi, jamur seperti Pneumocystis jirovecii dapat menyebabkan pneumonia pada anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Gejala Pneumonia pada Anak Gejala pneumonia pada anak bisa bervariasi tergantung pada usia, jenis mikroorganisme penyebab, dan tingkat keparahan infeksi. Beberapa gejala umum meliputi: Demam tinggi Batuk, yang mungkin disertai dengan dahak berwarna kuning, hijau, atau darah Kesulitan bernapas atau napas cepat Nyeri dada Kelelahan atau ketidakmampuan untuk makan dengan baik Muntah atau diare (terutama pada bayi) Diagnosis dan Pengobatan Diagnosis pneumonia pada anak biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes tambahan seperti tes darah, sinar-X dada, atau tes dahak. Pengobatan tergantung pada penyebab pneumonia dan tingkat keparahannya. Pneumonia Bakteri: Dokter biasanya akan meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri. Penting untuk mengikuti instruksi penggunaan antibiotik dengan benar. Pneumonia Virus: Pengobatan untuk pneumonia virus meliputi istirahat yang cukup, minum banyak cairan, dan mungkin pemberian obat pereda demam atau sakit. Pneumonia Jamur: Pengobatan pneumonia jamur memerlukan obat antijamur yang diresepkan oleh dokter. Selain pengobatan, penting untuk memastikan bahwa anak mendapatkan istirahat yang cukup, makan makanan yang sehat, dan minum banyak cairan untuk membantu tubuhnya pulih. Pencegahan secara individu Beberapa langkah pencegahan  dapat membantu mengurangi risiko pneumonia pada anak, termasuk: Mendapatkan vaksinasi yang tepat, seperti vaksin pneumonia dan vaksin influenza. Mencuci tangan secara teratur, baik untuk anak maupun anggota keluarga lainnya. Menjaga kebersihan lingkungan, termasuk menyeka permukaan yang sering disentuh dan menjauhkan anak dari orang yang sakit. Pencegahan dan Penanganan Lingkungan Adapun pencegahan pneumonia pada anak perlu jg dimulai dari lingkungan tempat tinggal dan beraktivitas mereka. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah pneumonia melalui perbaikan lingkungan: Kebersihan Udara Dalam Ruangan: Pastikan udara dalam ruangan tempat anak Anda tinggal mendapatkan sinar matahari, bersih kering, tidak lembab dan bebas dari polusi udara. Hindari paparan asap rokok dan bahan kimia beracun lainnya. Ventilasi yang Baik: Pastikan rumah atau ruangan tempat anak Anda tinggal memiliki ventilasi/ pertukaran udara yang baik untuk mengurangi konsentrasi polutan udara dalam ruangan. Penggunaan Bahan Bakar yang Aman: Jika menggunakan tungku atau alat memasak dengan bahan bakar padat, pastikan ventilasi yang baik dan gunakan bahan bakar yang aman untuk mengurangi paparan asap dan gas beracun. Kebersihan Lingkungan: Jaga kebersihan lingkungan sekitar, termasuk menyeka permukaan yang sering disentuh, membersihkan tempat sampah, dan mengelola limbah secara aman. Penanganan Pneumonia pada Anak Jika anak Anda menunjukan gejala pneumonia seperti diatas, maka mengambil langkah-langkah penanganan berikut dapat menolong mempercepat pemulihan mereka: Konsultasi dengan Dokter: Segera bawa anak Anda ke dokter jika mereka mengalami gejala pneumonia seperti demam tinggi, batuk yang parah, atau kesulitan bernapas. Dokter akan melakukan diagnosis dan meresepkan pengobatan yang tepat. Pengobatan yang Tepat: Pengobatan pneumonia pada anak tergantung pada penyebabnya. Jika disebabkan oleh bakteri, dokter mungkin meresepkan antibiotik. Untuk pneumonia virus, pengobatan lebih bersifat suportif, dengan fokus pada meredakan gejala. Istirahat dan Hidrasi: Pastikan anak Anda mendapatkan istirahat yang cukup dan minum banyak cairan untuk membantu tubuh mereka pulih dari infeksi. Pantau Perkembangan: Pantau perkembangan kondisi anak Anda dan segera hubungi dokter jika gejalanya memburuk atau muncul gejala tambahan yang mengkhawatirkan. Kesimpulan Pencegahan-pencegahan pneumonia pada anak secara individual, dan melalui perbaikan lingkungan tempat tinggal serta memberikan penanganan yang tepat saat gejala muncul merupakan langkah krusial dalam memerangi penyakit ini. Selain itu, ketika gejala pneumonia muncul, penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk memastikan pemulihan yang optimal. Konsultasikan dengan dokter atau petugas kesehatan terdekat untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat. Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Dengan langkah-langkah pencegahan  yang tepat dan pengetahuan tentang cara mengenali gejala pneumonia pada anak, kita dapat melindungi anak-anak dari dampak serius penyakit ini. Referensi: World Health Organization. (2019). Pneumonia. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia Centers for Disease Control and Prevention. (2021). Pneumonia. https://www.cdc.gov/pneumonia/index.html UNICEF. (2022). Pneumonia: A Neglected Disease. https://www.unicef.org/health/pneumonia-neglected-disease American Academy of Pediatrics. (2020). Pneumonia in Children. https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/chest-lungs/Pages/Pneumonia-in-Children.aspx

Standard Post with Image

Prosthodontik: Meningkatkan Kualitas Hidup Melalui Gigi Palsu

Prosthodontik adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang berfokus pada perancangan, pembuatan, dan pemeliharaan gigi palsu serta struktur pendukungnya. Tujuan utama dari prosthodontik adalah meningkatkan fungsi oral dan estetika pasien, memastikan bahwa mereka dapat menikmati kehidupan sehari-hari dengan nyaman dan percaya diri. Artikel ini akan membahas secara lebih mendalam mengenai prosthodontik, mencakup definisi, jenis-jenisnya, serta pentingnya dalam meningkatkan kualitas hidup. Definisi Prosthodontik Prosthodontik berasal dari kata Yunani "prostho," yang berarti menggantikan, dan "odons," yang berarti gigi. Dengan demikian, prosthodontik fokus pada penggantian gigi yang hilang atau rusak. Spesialis prosthodontik, yang dikenal sebagai prosthodontis, memiliki pengetahuan mendalam dalam perancangan dan pembuatan gigi tiruan serta perangkat pendukungnya. Jenis-jenis Prosthodontik Gigi Tiruan Tetap (Fixed Prosthodontics):  Mahkota (Crown): Gigi tiruan yang menutupi dan melindungi gigi asli yang rusak. Jembatan (Bridge): Gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan melekat pada gigi asli di kedua ujungnya. Gigi Tiruan Lepas (Removable Prosthodontics): Gigi Palsu (Denture): Rangkaian gigi palsu yang dapat dilepas dan dipasang untuk menggantikan sejumlah gigi yang hilang. Denture Parsial (Partial Denture): Gigi palsu yang digunakan untuk menggantikan beberapa gigi yang hilang. Implantologi (Prosthodontic Implants): Implan Gigi (Dental Implants): Pemasangan implan ke dalam rahang untuk menopang mahkota gigi tiruan. Pentingnya Prosthodontik dalam Kualitas Hidup Fungsi Oral yang Lebih Baik: Prosthodontik membantu memulihkan fungsi mengunyah dan berbicara, yang dapat terganggu akibat kehilangan gigi. Estetika yang Meningkat: Dengan menggunakan teknologi dan bahan mutakhir, prosthodontik dapat menciptakan gigi tiruan yang mirip dengan gigi asli, meningkatkan penampilan estetika pasien. Pencegahan Komplikasi Kesehatan: Kehilangan gigi dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional di rahang. Prosthodontik membantu mencegah komplikasi seperti perubahan bentuk wajah dan pergeseran gigi. Peningkatan Percaya Diri: Dengan memiliki gigi palsu yang nyaman dan berfungsi dengan baik, pasien akan merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi sosial dan beraktivitas sehari-hari. Segera hubungi 0822-5885-8870 bagian pendaftaran RS Advent Bandung Dokter gigi RS Advent Bandung Referensi   Zarb, G. A., Bolender, C. L., & Hickey, J. C. (2009). Boucher's Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients (11th ed.). Mosby. Phoenix, R. D., & Cagna, D. R. (2008). Stewart's Clinical Removable Partial Prosthodontics (4th ed.). Quintessence Publishing. Carr, A. B., & Brown, D. T. (2012). McCracken's Removable Partial Prosthodontics (12th ed.). Mosby.

Standard Post with Image

Tips Perawatan Gigi Sehari-hari

Tips Perawatan Gigi Sehari-hari untuk Senyuman yang Sehat dan Indah Perawatan gigi yang baik bukan hanya tentang menjaga senyuman yang indah, tetapi juga menjaga kesehatan mulut secara keseluruhan. Dengan menerapkan rutinitas perawatan gigi yang tepat setiap hari, Anda dapat mengurangi risiko terjadinya karies gigi, penyakit gusi, dan masalah gigi lainnya. Berikut adalah beberapa tips perawatan gigi sehari-hari yang dapat membantu Anda menjaga senyuman yang sehat dan indah: Sikat Gigi Dua Kali Sehari: Sikat gigi setidaknya dua kali sehari, pagi dan malam sebelum tidur.Gunakan sikat gigi dengan bulu lembut dan kepala sikat yang dapat mencapai semua bagian mulut dengan mudah. Pastikan untuk menyikat gigi dengan lembut dan menyentuh setiap permukaan gigi, termasuk bagian dalam, luar, dan permukaan mengunyah. Gunakan Pasta Gigi yang Mengandung Fluoride: Pilih pasta gigi yang mengandung fluoride untuk membantu memperkuat enamel gigi dan mencegah karies. Gunakan jumlah pasta gigi yang cukup, seukuran kacang polong, setiap kali menyikat gigi. Gunakan Benang Gigi Setiap Hari: Gunakan benang gigi setiap hari untuk membersihkan sela-sela gigi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi. Bersihkan dengan lembut dan hati-hati untuk menghindari merusak gusi. Hindari Konsumsi Makanan dan Minuman Manis: Batasi konsumsi makanan dan minuman manis yang dapat menyebabkan karies gigi. Minimalkan konsumsi camilan manis dan minuman bersoda, terutama di antara waktu menyikat gigi. Konsumsi Makanan Sehat: Sertakan makanan yang sehat dan kaya akan nutrisi dalam diet Anda, seperti buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak. Makanan yang kaya kalsium, seperti susu dan keju, membantu memperkuat gigi dan tulang. Hindari Kebiasaan Merokok dan Mengunyah Tembakau: Merokok dan mengunyah tembakau dapat merusak enamel gigi, menyebabkan bau mulut yang tidak sedap, dan meningkatkan risiko penyakit gusi. Minum air yang banyak, terutama air dari keran yang mengandung fluoride: Minum air yang banyak dapat membantu membersihkan sisa makanan dan minuman yang menempel pada gigi. Air juga membantu memproduksi air liur, yang penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Periksakan Gigi secara Berkala ke Dokter Gigi: Jadwalkan pemeriksaan gigi secara teratur setidaknya setahun sekali, atau lebih sering jika diperlukan. Dokter gigi dapat mendeteksi masalah gigi dan mulut pada tahap awal, sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih serius. Masih bingung soal melakukan perawatan gigi? Segera hubungi 0822-5885-8870 bagian pendaftaran RS Advent Bandung Dokter gigi RS Advent Bandung drg. Wenny Nusawakan (Senin-Kamis 08:00-16:00; Jumat 08:00-13:30)

Halo dengan Rumah Sakit Advent,
Saya mau bertanya ...